Pergulatan diri Al-Ghozali sebelum memasuki Tassawuf
Dalam karyanya al-Munqidz min-al-Dhalal, diuraikan
kegelisahan jiwanya yang menggelora sampai ia tertimpa krisis psikis
yang kronis. Akibat krisis ini ia mulai meninggalkan jabatannya sebagai
pengajar pada Perguruan al-Nizhamiah di Baghdad.
Mengenai krisis diri ini al-Ghazali,
mengungkapkan: ” Lalu keadaan diriku pun kurenungi, dan ternyata aku
telah tenggelam dalam ikatan-ikatan duniawi) yang meliputi diriku dari
segala sudut. Amalkupun kurenungi, khususnya amalku yang terbaik, yaitu
mengajar, dan ternyata akupun hanya menerima ilmi-ilmu yang sepele dan
tidak berguna. Aku pun lalu memikirkan niatku dalam mengajar, dan niatku
tidak ikhlas demi Allah. Bahkan hanya didorong keinginan terhadap
jabatan serta terkenal. Akupun menjadi yakin bahwa aku hampir mengalami
kehancuran dan aku benar-benar tidak terlepas dari neraka, andai saja
aku tidak meninggalkan hal-hal sepele tersebut.”
“Aku tetap dalam keadaan ragu, diantara
daya tarik pesona duniawi dengan seruan akhirat, hampir selama enam
bulan. Bulan ini, keadaan memaksaku untuk mengambil keputusan, sebab
Allah telah mengunci lidahku sampai tidak bisa mengajar. … keadaan
yang menimpaku itu lalu menimbulkan derita dalam kalbu. Hancurlah
dengannya daya cerna, dan lenyaplah nafsu makan atau minum. Ketika itu,
setetes minuman atau sesuap makanan tidak terasakan. Keadaan ini
berlanjut dengan melemahnya semua daya dan kekuatan, sehingga para
dokter pun merasa tidak mampu menyembuhkannya.
Kata mereka: keadaan ini pertama-tama
mengenai kalbu, lalu dari situ menjalar ke seluruh tubuh. maka kini
tidak ada jalan menyembuhkannya, kecuali dengan perginya rahasia
terpendam pikiran yang menderita. Maka ketika aku menyadari ketidak
mampuanku, dan hilang seluruh kesanggupankiu untuk memutuskan, akupun
menuju Alah sebagaimana kembalinya orang tersudut dan tanpa daya.”
Periode awal kehidupan spiritualnya
tersebut merupakan persiapan psikis baginya dalam menempuh jalan
tasawuf. Periode spiritualnya itu ditandai dengan berbagai kondisi
intuitif, seperti keraguan, kegelisahan, rasa bosan, rasa sedih yang
mendalam, rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, upaya
memahami realitas alam dan menyingkapkan yang dibaliknya dan perasaan
samar lainnya, yang kesemuanya itu akhirnya menuju kepada Allah.
Mungkin Anda mengalami seperti yang di
alami al-Ghazali, jika memang begitu sudah saatnya Anda untuk lebih
mendekatkan diri pada Allah swt.